RESENSI NOVEL SANG PEMIMPI
Perjuangan Menggapai Mimpi
Oleh : Ayu Kartika Listiyana
Judul : Sang Pemimpi
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Tahun terbit : 2006
Tempat terbit : Yogyakarta
ISBN : 979-3062-92-4
Halaman : 292 Halaman
Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di pulau Belitung
24 Oktober 1982. Ia dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan
letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan
segala keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia
mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang
banyak memperlihatkan keperihatinan. Disitulah ia termotivasi untuk menjadi
seseorang yang sukses.
Sang Pemimpi adalah novel kedua dari tetralogi Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata. Novel ini menceritakan kisah kehidupan di Pulau
Belitong yang dililit kemiskinan. Ada tiga remaja SMA Bukan Main yang bermimpi
untuk melanjutkan sekolah hingga ke Perancis menjelajah Eropa hingga Afrika.
Ikal, Arai, Jimbron, mereka adalah para pemimpi-pemimpi itu. Mereka bercemin
pada Pak Belia yang dianggapnya sebagai guru teladan . Pak Belia lah yang telah
memberikan mimpi-mimpi itu kepada muridnya terutama kepada Arai, Ikal, dan
Jimbron.
Meskipun sebagai karya fiksi, novel ini disajikan
dengan bahasa yang indah mampu menyihir pembaca bisa ikut merasakan
kebahagiaan, semangat, keputusasaan, dan kesedihan. Tapi selain itu novel ini
memiliki lelucon-lelucon yang tidak biasa, cerdas dan pasti akan membuat
pembaca tertawa. Dengan membaca novel ini kita akan mengetahui bahwa Andrea
Hirata memiliki pribadi yang cerdas dalam mengolah kata-kata dan memiliki
wawasan yang sangat luas. Nilai moral pada novel ini sangat kental.
Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan rasa kemanusiaan yang terang dalam diri seorang remaja tanggung
dalam menyikapi kerasnya kehidupan. Novel ini begitu kaya akan nilai sosial.
Hal itu dibuktikan rasa setia kawan yang begitu tinggi antara tokoh Ikal, Arai,
dan Jimbron. Masing-masing saling mendukung dan membantu antara satu dengan
yang lain dalam mewujudkan impian-impian mereka. Nilai agama pada novel ini
juga secara jelas tergambar. Terutama pada bagian-bagian dimana ketiga tokoh
ini belajar dalam sebuah pondok pesantren. Serta nilai toleransi juga dijelaskan dalam novel ini, yang digambarkan
oleh tokoh Jimbron dan Ayah angkatnya.
Pada dasarnya novel ini hampir tiada kelemahan.
Hal itu disebabkan karena Andrea Hinata dengan cerdas dan apik menggambarkan
keruntutan alur, deskripsi setting, dan kekuatan karakter. Baik ditinjau dari
segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca
sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus akan novel yang bermutu. Namun, Isi dari novel ini menceritakan suatu mimpi atau impian yang sulit dijalankan atau bertolak belakang dengan kehidupan kita sekarang ini.
sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus akan novel yang bermutu. Namun, Isi dari novel ini menceritakan suatu mimpi atau impian yang sulit dijalankan atau bertolak belakang dengan kehidupan kita sekarang ini.
Novel ini
benar-benar menarik untuk dibaca terutama sangat dibutuhkan para remaja negeri
ini. Karena novel ini memberikan motivasi, memberikan mimpi pada anak-anak yang
patah semangat, dan tentang kehidupan yang bisa di wujudkan dengan kerja keras.
Jadi novel ini sangat lah cocok untuk dibaca.
0 komentar:
Posting Komentar