Kamis, 27 Februari 2014

RESENSI NOVEL SANG PEMIMPI

Perjuangan Menggapai Mimpi
Oleh : Ayu Kartika Listiyana

Judul                           : Sang Pemimpi
Pengarang                   : Andrea Hirata
Penerbit                       : PT Bentang Pustaka
Tahun terbit                 : 2006
Tempat terbit               : Yogyakarta
ISBN                           : 979-3062-92-4
Halaman                      : 292 Halaman
Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di pulau Belitung 24 Oktober 1982. Ia dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang banyak memperlihatkan keperihatinan. Disitulah ia termotivasi untuk menjadi seseorang yang sukses.
Sang Pemimpi adalah novel kedua dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Novel ini menceritakan kisah kehidupan di Pulau Belitong yang dililit kemiskinan. Ada tiga remaja SMA Bukan Main yang bermimpi untuk melanjutkan sekolah hingga ke Perancis menjelajah Eropa hingga Afrika. Ikal, Arai, Jimbron, mereka adalah para pemimpi-pemimpi itu. Mereka bercemin pada Pak Belia yang dianggapnya sebagai guru teladan . Pak Belia lah yang telah memberikan mimpi-mimpi itu kepada muridnya terutama kepada Arai, Ikal, dan Jimbron.
Meskipun sebagai karya fiksi, novel ini disajikan dengan bahasa yang indah mampu menyihir pembaca bisa ikut merasakan kebahagiaan, semangat, keputusasaan, dan kesedihan. Tapi selain itu novel ini memiliki lelucon-lelucon yang tidak biasa, cerdas dan pasti akan membuat pembaca tertawa. Dengan membaca novel ini kita akan mengetahui bahwa Andrea Hirata memiliki pribadi yang cerdas dalam mengolah kata-kata dan memiliki wawasan yang sangat luas. Nilai moral pada novel ini sangat kental. Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan rasa kemanusiaan yang terang dalam diri seorang remaja tanggung dalam menyikapi kerasnya kehidupan. Novel ini begitu kaya akan nilai sosial. Hal itu dibuktikan rasa setia kawan yang begitu tinggi antara tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron. Masing-masing saling mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain dalam mewujudkan impian-impian mereka. Nilai agama pada novel ini juga secara jelas tergambar. Terutama pada bagian-bagian dimana ketiga tokoh ini belajar dalam sebuah pondok pesantren. Serta nilai toleransi juga dijelaskan dalam novel ini, yang digambarkan oleh tokoh Jimbron dan Ayah angkatnya.
Pada dasarnya novel ini hampir tiada kelemahan. Hal itu disebabkan karena Andrea Hinata dengan cerdas dan apik menggambarkan keruntutan alur, deskripsi setting, dan kekuatan karakter. Baik ditinjau dari segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca
sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus akan novel yang bermutu. Namun,
Isi dari novel ini menceritakan suatu mimpi atau impian yang sulit dijalankan atau bertolak belakang dengan kehidupan kita sekarang ini.
Novel ini benar-benar menarik untuk dibaca terutama sangat dibutuhkan para remaja negeri ini. Karena novel ini memberikan motivasi, memberikan mimpi pada anak-anak yang patah semangat, dan tentang kehidupan yang bisa di wujudkan dengan kerja keras. Jadi novel ini sangat lah cocok untuk dibaca.


0 komentar:

Posting Komentar